Kue Cokelat dan Susu Stroberi.

jahakiaan.
2 min readAug 19, 2024
credit on picture.

Biasanya, setiap kali bepergian dengan si kereta beroda empat, aku yang akan duduk di tengah pada bangku penumpang dengan kamu dan Ibu yang mengapit di kanan dan kiri. Tanpa diperintahkan pun akan selalu begitu selayaknya itu adalah formasi resmi. Namun, khusus kemarin lain lagi. Aku tidak duduk di sana, melainkan di sebelah Pak Supir bersama Bibi. Aku sedang melamun saat ia membuka pintu untuk duduk di belakang kemudi, tapi aku yakin ia menatapku mengasihani.

Posisi tengah itu kamu yang ambil alih semua kali ini. Ditambah lagi bukan hanya dua, tetapi tujuh orang yang menemanimu di kanan dan kiri. Sedang kamu, sudah dibalut pakaian suci dan terbaring kaku di dalam keranda besi dengan kain berona hijau tua menyelimuti. Roda empat yang kita naiki juga beda lagi. Sirine nyaring berbunyi supaya kendaraan lain segera menepi, memberikan jalan seakan tahu kalau kamu sedang diantar menuju rumahmu yang abadi.

Jikalau kamu bisa bicara sekali lagi, aku yakin sepanjang perjalanan akan ramai oleh kamu yang berceloteh tentang kurva sabit di wajahmu terbit sebab kamu terlampau rindu dengan pujaan hati. Ia yang sudah menunggumu di sana selama tiga belas kali bumi mengitari matahari, siap menyambutmu dalam sebuah reuni. Selanjutnya, entah berapa purnama yang perlu aku lalui sebelum kita bisa jumpa lagi. Mungkin tiga, tujuh belas, dua puluh lima, atau justru … besok pagi? Sebutlah aku tak tahu diri, tapi bila itu tiba nanti, bolehkah aku juga disambut dengan sepotong kue cokelat buatanmu dan segelas susu stroberi?

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

No responses yet

Write a response